Jaga Motor Kuno lewat Komunitas Pecinta Motor Antik Malang (PMAM)- Tak Temukan Onderdil, Datangi Tukang Las Bubut
Merawat kendaraan kuno memang tidak mudah. Butuh ketekunan dan pengetahuan mekanik agar motor bisa dikendarai. Layaknya bayi, motor lawas ini setiap hari harus disentuh agar tidak berkarat. PMAM, salah satu komunitas pecinta motor kuno, berusaha menjaga aset berharga yang merupakan bagian dari sejarah.
Bambang Tri W.
---
Puluhan motor kuno kemarin pagi tampak berjajar di depan kantor PMK Pemkab Malang. Berbagai merek kendaraan kuno di antaranya Matchless produksi Inggris buatan 1952, 1954, 1956 dan 1961. Ada juga Norton buatan Inggris, BSA, Zundapp (produksi Jerman), dan berbagai motor gede (moge) kuno lainnya.
Beberapa orang juga tampak mengotak-atik motor tersebut. Di antaranya juga berdiskusi serius soal onderdil motor. Itulah salah satu aktivitas Pecinta Motor Antik Malang (PMAM) Malang yang pagi kemarin merupakan acara rutin berkumpul bersama.
Dari puluhan kendaraan tersebut, hanya sebagian kecil yang masih lengkap alias orsinil. Sisanya hasil kanibal (gabung-gabungan) yang terpenting sama dan masih bisa berfungsi. Mengingat saat dibeli, kondisi motor tidak utuh. Ada yang tinggal mesinnya saja.
Saar Radar bergabung dengan komunitas PMAM, mereka terlihat antusias menunjukkan motor koleksinya. Maklum saja, setiap anggota memiliki kendaraan kuno lebih satu unit. Seperti Aditya Fitri Nugroho, sekretaris PMAM. Dia memiliki lima motor kuno.
Di antaranya, Sparta buatan 1952 (Belanda), Zundapp buatan 1962 (Jerman), Jawa 250 buatan 1962 (Ceko), TWN buatan 1954 (Jerman), dan Matcless buatan 1952 (Inggris). "Semua kondisinya bagus, bisa jalan. Parawatan terus saya lakukan," kata Aditya.
Menurut dia, persoalan menangani motor kuno adalah perawatan. Merawat motor kuno tidak ubahnya merawat bayi. Butuh perawatan khusus dan perhatian yang lebih. Sebab, sedikit rewel harus segera mendapatkan penanganan. Adapun "penyakit" yang sering menyerang motor lawas adalah pengapian dan kampas kopling. Penanganannya pun harus segera dilakukan. Kalau tidak bisa merambat ke bagian lain.
Hal itu karena banyak sekali onderdil motor kuno ini sudah tidak orsinil alias asli. Mereka menggantinya dengan onderdil kendaraan lain, yang penting bisa difungsikan. Untuk urusan onderdil, kalau tidak ada, baru membuat sendiri di bengkel bubut. "Selagi bengkel bubut buka, kami tidak pernah kesulitan onderdil. Itupun hanya tertentu dan tidak semua onderdil bisa dibuat di bengkel bubut," ungkap Aditya.
Kalau sudah mentok dan tidak bisa diakal lagi, terpaksa harus mencari onderdil ke luar kota. Di antaranya, Kediri, Blitar, maupun Surabaya. Kalau di kawasan Jatim tidak ditemukan harus ke Jateng maupun Jabar. Itu pun belum bisa di pastikan bisa mendapatkan onderdil yang tepat. "Kalau pun terpaksa, kami harus gerilnya ke luar pulau kawasan Bali maupun Sumatera," terangnya..
Sulitnya merawat motor jenis kuno ini membuat para penggemarnya harus bisa jadi montir sendiri. Mulai bongkar hingga perawatan mesin. Mengingat setiap satu bulan sekali mesih harus dikontrol. Memastikan tidak ada onderdil pun yang aus maupun rusak.
Karena sangat sulit merawat motor kuno, Anung Budiawan salah satu anggota PMAM, memilih melakukan modifikasi kendaraan Yamaha RS 100 buatan 1977. Kendaraan buatan Jepang ini dimodifikasi mirip motor jaman dulu. Alasannya, agar perawatan lebih mudah. Selain itu, onderdilnya juga masih mudah dicari. "Saya cari mudahnya saja. Biar tidak kesulitan mencari onderdil," aku Anung yang juga Kabid Pengendalian ESDM Pemkab Malang ini.
Meski berusia tua dan banyak yang tambal sulam, kendaraan yang mereka tunggangi juga tergolong mahal. Sebut saja BSA A 10 Superoket buatan Inggris 1961. Kendaraan milik Irul Papin ini dibandrol Rp 125 juta. Selain klasik, kendaraan tersebut sulit dicari. Bahkan, di Indonesia masih bisa dihitung dengan jari.
Untuk mendapatkan kendaraan klasik tersebut mereka harus gerilya. Mulai info dari teman sesama pecinta motor antik, hingga mencari rinformasi di internet. "Di komunitas ini saling memberi informasi tentang motor kuno. Kalau perlu gerilya bareng," kata Irul.
Dengan cara itu, usaha menyelamatkan aset berharga di Indonesia ini bisa terjaga. Terlebih kendaraan tersebut juga memiliki nilai sejarah dan harus dirawat dan dijaga. Begitu juga komunitas PMAM. Selain merawat dan menjaga aset sejarah, komunitas yang mulai eksis sejak tahun 1998 ini, juga berusaha melestarikannya.
Selain mengenalkan ke masyarakat, juga mengajak masyarakat agar perduli. Tidak sedikit kendaraan yang ditemukan PMAM sudah tidak terawatt dan dibiarkan di kandang. Sedangkan kendaraan tersebut masih bisa difungsikan. Karena itu, komunitas yang berdiri di bawah MACI (Motor Antik Club Indonesia) akan terus eksis merawat motor kuno.
Di komunitas ini, berbagai kegiatan dilakukan. Selain nongkrong, kegiatan bakti sosial juga dilakukan. Salah satunya melakukan kegiatan membantu korban bencana di Kabupaten Malang. Selain itu, juga mengadakan touring di berbagai wilayah di Indonesia. "Di situ kami bisa tukar pengalaman dengan para penggemar motor kuno di Indonesia," kata Aditya.
Hingga kini jumlah anggota yang bergabung dengan PMAM sebanyak 130 orang. Itu pun setiap anggota memiliki lebih dari satu kendaraan. Mereka berasal dari berbagai kalangan. Mulai makelar motor, penjual onderdil, hingga pejabat pemerintahan. Semuanya menjadi satu bergabung tanpa membedakan status sosial. Untuk bergabung menjadi anggota PMAM, bukan sangatlah mudah. Cukup datang dan bergabung dalam berbagai even yang dilakukan. Tentunya syarat utama harus memiliki kendaraan kuno. (*/ziz) (jawapos.co.id)
Labels :
Komputer Malang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Jaga Motor Kuno lewat Komunitas Pecinta Motor Antik Malang (PMAM)"
Posting Komentar